Nama;yopi atul improh atik
kelas;2ea06
npm ;11208317
Pengalaman menghadapi krisis ekonomi sebelumnya koperasi dan UKM masih tetap bertahan, namun pada krisis ekonomi global saat ini koperasi dan UKM diharapkan mampu menjawab tantangan ekonomi ke depan. Dengan marak munculnya lembaga keuangan mikro seperti ventura, BPR dlsb. Lembaga itu menjual produk yang sangat mudah diakses oleh masyarakat, dengan agungan seminimal mungkin dan kemudahan pencairan yang hanya memakan waktu 2,5 jam.
Tidak heran bila setiap pagi gedung mungil di Jl. Raya Jenggolo, Sidoarjo, yang bertitel sebagai ”... (red)... Finance” itu selalu dijubeli orang. Kecuali masyarakat membutuhkan layanan leasingnya juga kebutuhan kredit kecil diperlukan pula. Dan lembaga itu bisa melayaninya. Promosi secara besar-besaran dilakukan pula dengan memasang baliho besar yang bertuliskan ”hanya dengan 250 ribu, Anda dapat membawa pulang sepeda motor baru...!” Hal-hal seperti itulah yang hampir tidak pernah saya temui di Koperasi Simpan Pinjam ataupun USP. Yang tertulis di depan kantor KSP/USP hanyalah nama koperasi itu, dan tidak ada kalimat atau kata-kata yang mengarah pada promosi produknya.
Koperasi itu sama dengan lembaga bisnis yang lain. Hidup dari modal sendiri, berkembang dari pasar yang dibangun sendiri dan maju dari hasil kerja kerasnya sendiri. Fasilitas pemerintah sifatnya hanyalah penunjang. Itupun tidak permanen dan lambat laun akan berkurang. Di sinilah kesadaran koperasi diuji untuk tidak seterusnya mengharapkan fasilitasi pemerintah. Kreativitas dan inovasi sangat diperlukan untuk membangun image yang lebih baik, utamanya dalam persaingan yang semakin kompleks itu. Dan saatnyalah koperasi melakukan perubahan secara besar-besaran di segala lini usahanya.
Seperti yang disampaikan Hermawan Kertajaya kepada penulis, saat pertemuan NCC (Need Career Conference) 27 Nopember 2008 di Tunjungan Hotel, Surabaya. Dia katakan bahwa perubahan yang mendasar untuk koperasi dan UKM adalah penguatan pada kelembagaannya. Dicontohkan Hermawan, ”Seperti koperasi wanita itu. Mereka memiliki organisasi yang sudah mensistem. Dengan induk Puskowanjati itu, semua persoalan yang mendasar bisa diselesaikan. Termasuk pengembangan permodalan serta informasi pasarnya. Perubahan sistem kelembagaan itulah yang harus ada. Maka sekali lagi koperasi dan UKM bisa maju kalau organizernya diperkuat. Karena yang namanya perubahan itu sekarang ini begitu cepatnya. Kalau kita tidak segera mengikuti perubahan itu, ya tergilas oleh yang lain. Anak kecil saja sudah main-main handphone, bahkan internet lagi. Jaman kita kecil dulu ndak gitu mainannya. Dunia serasa makin sempit. Kehidupan ekonomi semakin mengglobal,” katanya.
Bila dikaitkan dengan konsep ‘globalisasi”, maka Michael Hammer dan James Champy menuliskan bahwa ekonomi global berdampak terhadap 3 C, yaitu customer, competition dan change.1 Pelanggan menjadi penentu, pesaing makin banyak, dan perubahan menjadi konstan. Tidak banyak orang yang suka akan perubahan, namun walau begitu perubahan tidak bisa dihindarkan. Harus dihadapi. Karena hakikatnya memang seperti itu maka diperlukan satu manajemen perubahan agar proses dan dampak dari perubahan tersebut mengarah pada titik positif.
Masalah dalam Perubahan
Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif, karena justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan.
Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul di permukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.
Mengapa Perubahan Ditolak?
Untuk keperluan analitis, dapat dikategorikan sumber penolakan atas perubahan, yaitu penolakan yang dilakukan oleh individual dan yang dilakukan oleh kelompok atau organisasional.2
Resistensi Individual
Karena persoalan kepribadian, persepsi, dan kebutuhan, maka individu punya potensi sebagai sumber penolakan atas perubahan.
KEBIASAAN .
Kebiasaan merupakan pola tingkah laku yang kita tampilkan secara berulang-ulang sepanjang hidup kita. Kita lakukan itu, karena kita merasa nyaman, menyenangkan. Seorang pengurus koperasi bangun pukul 5 pagi, ke kantor pukul 7, bekerja, dan pulang pukul 4 sore. Istirahat, nonton TV, dan tidur pukul 10 malam. Begitu terus kita lakukan sehingga terbentuk satu pola kehidupan sehari-hari. Jika perubahan berpengaruh besar terhadap pola kehidupan tadi maka muncul mekanisme diri, yaitu penolakan. Apalagi bila perubahan itu menyangkut kebijakan. Mungkin mempengaruhi posisi jabatan yang sekarang ini dipegangnya.
RASA AMAN
Jika kondisi sekarang sudah memberikan rasa aman, dan kita memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka potensi menolak perubahan pun besar. Mengubah cara kerja padat karya ke padat modal memunculkan rasa tidak aman bagi para pegawai.
FAKTOR EKONOMI
Faktor lain sebagai sumber penolakan atas perubahan adalah soal menurun-nya pendapatan. Pengurus koperasi yang setiap harinya merekomendasi penyaluran pinjaman anggota sampai puluhan juta, maka berapa honor yang akan diterimanya bisa ditebak.
TAKUT AKAN SESUATU YANG TIDAK DIKETAHUI
Sebagian besar perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu muncul ketidakpastian dan keragu-raguan. Kalau kondisi sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi sekarang dan menolak perubahan.
PERSEPSI
Persepsi cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini mempengaruhi sikap. Sebagai contoh, pada awal program keluarga berencana banyak ditolak oleh masyarakat, karena banyak yang memandang program ini bertentangan dengan ajaran agama, sehingga menimbulkan sikap negatif.
Resistensi Organisasional
Organisasi, pada hakekatnya memang konservatif. Secara aktif mereka menolak perubahan. Misalnya saja, organisasi pendidikan yang mengenal-kan doktrin keterbukaan dalam menghadapi tantangan ternyata merupakan lembaga yang paling sulit berubah. Sistem pendidikan yang sekarang berjalan di sekolah-sekolah hampir dipastikan relatif sama dengan apa yang terjadi dua puluh lima tahun lalu, atau bahkan lebih. Begitu pula sebagian besar organisasi bisnis. Terdapat enam sumber penolakan atas perubahan. Di antaranya ialah :
1. Inersia struktural, artinya penolakan yang terstruktur.
2. Fokus perubahan berdampak luas, di mana dalam organisasi tidak mungkin terjadi hanya difokuskan pada satu bagian saja karena organisasi merupakan suatu sistem. Jika satu bagian dubah maka bagian lain pun terpengaruh olehnya. Jika manajemen mengubah proses kerja dengan teknologi baru tanpa mengubah struktur organisasinya, maka perubahan sulit berjalan lancar.
3. Inersia kelompok kerja, yakni ketika individu mau mengubah perilakunya, norma kelompok punya potensi untuk menghalanginya. Sebagai anggota serikat pekerja, walau sebagai pribadi kita setuju atas suatu perubahan, namun jika perubahan itu tidak sesuai dengan norma serikat kerja, maka dukungan individual menjadi lemah.
4. Ancaman terhadap keahlian, jelas bahwa perubahan dalam pola organisasional bisa mengancam keakhlian kelompok kerja tertentu.
5. Ancaman terhadap hubungan kekuasaan yang telah mapan, Mengintroduksi sistem pengambilan keputusan partisipatif seringkali bisa dipandang sebagai ancaman kewenangan para penyelia dan manajer tingkat menengah.
6. Ancaman terhadap alokasi sumberdaya, Kelompok-kelompok dalam organisasi yang mengendalikan sumber daya dengan jumlah relatif besar sering melihat perubahan organisasi sebagai ancaman bagi mereka. Apakah perubahan akan mengurangi anggaran atau pegawai kelompok kerjanya?.
Taktik Mengatasi Penolakan Atas Perubahan
Coch dan French Jr. mengusulkan ada enam taktik yang bisa dipakai untuk mengatasi resistensi perubahan3
1. Pendidikan dan Komunikasi. Berikan penjelasan secara tuntas tentang latar belakang, tujuan, akibat, dari diadakannya perubahan kepada semua pihak. Komunikasikan dalam berbagai macam bentuk. Ceramah, diskusi, laporan, presentasi, dan bentuk-bentuk lainnya.
2. Partisipasi. Ajak serta semua pihak untuk mengambil keputusan. Pimpinan hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Biarkan anggota organisasi yang mengambil keputusan
3. Memberikan kemudahan dan dukungan. Jika pegawai takut atau cemas, lakukan konsultasi atau bahkan terapi. Beri pelatihan-pelatihan. Memang memakan waktu, namun akan mengurangi tingkat penolakan.
4. Negosiasi. Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah melakukan negosiasi dengan pihak-pihak yang menentang perubahan. Cara ini bisa dilakukan jika yang menentang mempunyai kekuatan yang tidak kecil. Misalnya dengan serikat pekerja. Tawarkan alternatif yang bisa memenuhi keinginan mereka
5. Manipulasi dan Kooptasi. Manipulasi adalah menutupi kondisi yang sesungguhnya. Misalnya memlintir (twisting) fakta agar tampak lebih menarik, tidak mengutarakan hal yang negatif, sebarkan rumor, dan lain sebagainya. Kooptasi dilakukan dengan cara memberikan kedudukan penting kepada pimpinan penentang perubahan dalam mengambil keputusan.
6. Paksaan. Taktik terakhir adalah paksaan. Berikan ancaman dan jatuhkan hukuman bagi siapapun yang menentang dilakukannya perubahan.
Pengaruh Ekonomi Global, Tantangan bagi Koperasi dan UKM
Penulis : tugas kuliah on Rabu, 30 Desember 2009 | 19.41
Related posts:
If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar